Sleepy child at Rainy day
Harus ada Hujan sebelum ada Pelangi
28 July 2008
Cerita biasa

00.03 woahem. suah berganti hari. Saya memang selalu tidur saat hari sudah berganti. Jadi sebenernya bukan bilang "tadi malem tidur jam berapa" tapi "tadi pagi tidur jam berapa".

Baru beres ngerjain skripsi, di bab 5. Udah keabisan kata-kata. Bingung mau nulis apalagi. Bab 5 emang tempatnya mengumbar analisis, dari yang dangkal ampe aga dalem. Seneng saya ngeliat bagian dimana saya merasa bisa 'dalem' nganalisisnya. Sedih juga ngeliat bagian dimana saya udah keabisan kata-kata. mentok. mentog!. Entah apa kata Bu Nina nanti ngeliat analisis dangkal itu.

Puas juga pas ngeliat halaman udah 55lembar. Alasan dangkal untuk merasa pinter. Jumlah halaman harusnya tidak menjadi patokan, namun itu yang paling keliatan. Orang melayu kan cepat menilai dari apa yang terlihat toh?

hmm,, gara-gara bisa internetan pake flexi di komputer, tulisan di blog jadi mengalir deras. Biasanya berapa hari baru update, ini sehari bisa berkali-kali. Blog tetangga jadi berasa lambat banget updatenya.

Tadi sore ada yang pesen pulsa via sms. 3x nominal 10ribu. Karena saldo masih sedikit, yang ngutang belum pada bayar, dan saya sedikit kesal, saya tanya,
('J' adalah saya, 'X' adalah pemesan pulsa)

J :"Kapan bayarnya?"

x : "Tanggal 4"

J: "lama amat"
(ga dibales, saya kirim sms lagi)

J : "besok saya ambil ya.(pulsa saya kirim)"

x: "yang penting dibayar kan"

DOONG!

Begitu semau-maunya orang itu. ni lah yang kadang-kadang jadi sifat jelek manusia, dikasih hati minta jantung.... dan saya pun teringat akan mereka-mereka yang berhutang.. Jadi kesel kalo dipikirin. ada yang pulang kampung, ninggalin utang. Ada yang pergi PKL dengan tenang, tanpa rasa bersalah ninggalin utang. Ada yang deket untuk ditagih,kayak diatas itu,tapi semau-mau. Ah, jadi pengen berenti jualan pulsa rasanya. Tapi dari pengalaman-pengalaman ini saya jadi punya alasan untuk memblack list mereka. hohoho...

*maap untuk kalian yang ngerasa, saya cuma pengen cerita aja*
posted by Jana @ 12:07 AM   3 comments
27 July 2008
Ahh rencana saya bubar.

Hmm, hari ini hari minggu. Hari yang tepat untuk sedikit bermalas-malasan. Bangun sekitar pukul 10.30, rencana saya untuk hari ini :

11.00 Menrendam baju
12.00 Mencuci baju
12.30 sudah selesai menjemur baju, berangkat keluar sekalian makan siang.
13.00 Sudah selesai nyetor uang tunai lewat mesin CDM BCA
13.30 Beli pisang bakar coklat (untuk dites sampe besok basi apa gak. Kalo ga basi pengen titip buat gadis-gadis Palembang itu)
14.00-17.00 ngerjain skripsi dikosan

Namun yang terjadi adalah :

11.00 Merendam baju
11.01-12.05 chating dengan ema dan ade
12.06-13.30 nunggu giliran nyuci karena mesin cuci lagi dipake anak kosan. hiks, lapar.

Jadinya saya Online lagi, posting blog, baca-baca artikel di Kompaskita, kirim foto buat ema, baca-baca blog...sambil berharap anak kosan itu segera selesai mencuci...
posted by Jana @ 1:11 PM   0 comments
Ini cerita hari ketiga di Palembang. Sabtu, 19 Juli 2008

Selamat pagi Palembang! saya berkata dalam hati. Menyambut hari ketiga di Palembang. Saya bersemangat sekali hari ini, karena hari ini tampaknya akan full team, full time pula untuk seharian ngelilingin Palembang. Opi, ria dan ema bisa libur.Urusan devi dan ronal sudah selesai. Udin pagi-pagi juga sudah dipulangkan oleh Pria yang semalam menjemput dia( dan tidur bersamanya tentunya). Kami pun berkumpul kembali di rumah ria, eh kamar ria tepatnya.

Tentang kamar ria.

Like my dream room when i was junior high school...
Waktu SMP saya membayangkan kamar kos saya nanti akan seperti ini. Dilantai 2, dengan jendela besar menghadap ke jalan. Jadi bisa menikmati sinar matahari dan angin sore. Sayang pemandangan dikamar ria tertutup tembok tetangga.. tapi angin yang masuk hmm mantap. seger. Saya jadi ingat cara bapak saya membangunkan saya waktu SMP. Beliau membuka jendela kamar lebar-lebar sejak pukul 5 pagi. What a cold morning. Setelah bersiap-siap, kami sarapan dan menyambut pagi kedua di Palembang.

Ada kejadian yang bagi mereka yang gila mistik, pasti hal ini akan dimaknai macem-macem. Waktu sarapan pagi, saya duduk di pinggir kolam ikan yang ada diruang tengah rumahnya ria. Belum lama duduk disitu, ikan didalam kolam tiba-tiba mengamuk dan mencipratkan air keatas. Kenapa ya, ikan-ikan itu seperti gelisah saat saya duduk disitu. Baju saya jadi sedikit basah kecipratan air.

Rumah rahmi.

Hari ini tujuan kami (udin sebenernya) rumah rahmi, rumah opi dan rumah ema. Rumah teman-teman Palembang kami yang sudah 6 tahun hanya bisa kami banyangkan lewat cerita-cerita. Tentang rumah mereka pengetahuan kami sebatas "rumah ria ma rahmi deketan, rumah ema deket kertapati, aga jauh jauh jaraknya dari tempat ria" waktu itu saya membayangkan bahwa perjalanan antar kerumah mereka akan menyusuri pinggiran sungai musi, dengan angkot yang tidak ada musiknya.

Ternyata kerumah rahmi dari rumah ria itu hanya berjalan kaki. Dalam perjalanan ke rumah rahmi, kami melewati sebuah warung. Dari kejauhan saya melihat sosok bapak-bapak yang lagi berdiri didepan warung. Dalam hati saya berasa kenal ma bapak ini..tapi dimana....ah gak mungkin gua kenal, ini Palembang.

Ah ternyata itu bapaknya Rahmi! saya berkata pelan "astaga ini bapaknya rahmi. yang ke lampung kemaren.yang gua gonceng itu" Kami langsung menyalami beliau.mudah-mudahan kalimat saya tidak terdengar, hiks...

Kemudian baru jalan lagi,, akhirnya sampaaii! ini dia rumah rahmi. ah, ada semacam perasaan lega saat satu demi satu bayangan saya tentang rumah mereka menjadi kenyataan. Jadi nanti saya sudah bisa membayangkan jika mereka bercerita-cerita lagi. Belum lama kami beristirahat di ruang tamunya, ema buntet datang. Udin celingukan nyari adeknya rahmi. What a desire. But, in fact, that my obsesion too.. hehehe.

Selanjutnya adalah rumah opi. Perjalanan kerumah opi cukup jauh. Saat saya menduga perjalanan akan menjadi naik turun bukit, angkot berhenti. Tujuan sudah dekat, tinggal menempuh beberapa gang lagi. Gang? iya, bayangin aja (bagi yang pernah ke rumahnya di blora, pasti tau 'smooth way' ala opi) Gang yang biasa kita tempuh kalo kerumahnya opi di blora. Jalan ini jadi gang dibanding jalan-jalan raya di Palembang yang geude-geude.

Sampai dirumah opi.
Sebelum sampai di rumahnya opi, ada suatu cerita menarik didalam angkot. Awalnya kemarin, hari jumat waktu saya, ema, ria dan udin naik angkot menuju Kota Palembang dari rumah ria. Didalam angkot ada seorang penumpang yang berkata "Stop!" untuk memberhentikan angkot. Seperti kata "kiri" atau "pinggir bang!" di Lampung. Saya dan udin waktu itu bisik-bisik "ooh, disini pake kata 'Stop' din". Tragedi dimulai waktu kami membahas ini dengan devi. Devi dengan sangat antusias mengembangkan kata 'stop' tadi diikuti gerakan-gerakan pendukung.

STOP! (telapak tangan terbuka kedepan)
menjadi;
STOP! (telapak tangan terbuka kedepan, kemudian berubah menjadi ancungan jempol)
menjadi;
STOP doy! sip...(telapak tangan terbuka kedepan, kemudian berubah menjadi ancungan jempol)

Hakhak. Saya jadi menceritakan sebuah kisah kepada mereka. Waktu dulu saya pernah naik kapal Ferry menyebrangi selat sunda. Di atas kapal saya bertemu dengan seorang laki-laki yang ternyata dia teman kakak saya. Dia cukup akrab dengan saya waktu kecil. Jadi kami saling berbasa-basi hingga tiba akhir perjalanan. Sebelum berpisah dia dengan kacamata hitamnya megacungkan jempol dari jauh *bayangan seorang pris berjaket kulit dan berkacamata hitam mengacungkan jempol dari jauh*
NAh itu yang saya ceritakan kepada devi hingga sampai muncul tragedi gaya 'STOP' tadi.Norak sekali.

Rumahnya opi tampak besar. dan ah, saya tersiksa begitu duduk diruang tamunya. Ada kaca gede banget. Saya tidak nyaman bila berhadapan dengan wajah sendiri saat berbicara.

Naik kelantai 2, kamarnya opi ternyata juga seperti kamar imajinasi saya waktu SMP. Kamar dengan kasur dekat jendela lebar yang langsung menghadap ke jalan raya. cuit..cuit... saya ngebayang opi duduk di beranda ngegodain mamang-mamang tekwan atau bujang-bujang palembang yang lewat bertelanjang dada dengan sejumput bulu ketiak yang menonjol kegencet lengan ..(what a horrible imagination)... jangan lebai ah.

Dikamarnya opi, saya sempat tidur-tiduran dikasur sambil menatap langit luar. waaaah...... nice view! nice place! opi yang tiap hari tidur disini mungkin udah gak ngerasa lagi sensasi kaya gini. waah rasanya ingin tinggal disana. atau ingin punya kamar kaya gitu. atau ingin kos kamar kaya gitu. atau kalo ga bisa juga yaah ingin kembali kesana untuk tiduran sambil menatap langit lagi....

Ni nikmatnya jadi pendatang baru, semua hal jadi terasa nikmati. Bisa merasakan sensasi-sensasi mengejutkan yang datang menyerbu memori minta diserap, sensasi bernama "pengalaman pertama".

Setelah ngacak-ngacak sebentar dikamar opi, saya melihat ada dua buah empek-empek tergeletak tengkurep di piring depan kamarnya opi. Glug. Lapar. Mungkin kalo di lampung itu gorengan, berhubung ini Palembang, jadinya pempek yang jadi cemilan.

Dua sisi dalam diri saya bertarung hebat,

Ambil....ambil...ambil aja! di palembang pempek itu kayak kacang, sekali masak, banyak. Itu cuma sisanya. ambil aja! ga diambil juga ntar ga dimakan..

Jangaan..jangan! pake etika doy, ini rumah kawan lu. Kawan lu punya kawan juga. Jangan-jangan itu punya mereka. Jangan-jangan itu cuma belum dimakan aja.jangan doy! malu.

.....

Untunglah saya tidak dikalahkan rasa lapar.

Sebelum berangkat menuju peradaban kembali, kami sempet foto dulu sebentar didepan rumahnya opi. Seorang anak baik temen opi bernama NILAM berbaik hati mengambil foto ini. Berkali-kali dia bilang, "Bergaya dong. Masa gayanya biasa aja" (saya membayangkan kalo di lampung dia akan berkata "Bergaya GEH") hakhak. kami memang cukup seragam dalam masalah gaya. Bukan generasi dengan angle foto -hampir selalu- dari atas. Jadi begitu difoto ya begitu, gayanya datar aja. mukanya cukup senyum. Senyum rahmi yang paling manis, ronal paling cabul. hakhak. Tuntas satu tujuan lagi. Saya pulang kelampung nanti sudah bisa membayangkan kehidupan opi. Misal dia cerita, "cape gua pulang langsung tidur. Eh pas ditangga pingsan sangking cape" hmm saya bisa ngebayangin. Ataupun misal dia cerita "gua kemaren ngegodain cowok bo' dari beranda" hmm, saya juga bisa ngebayangin.

Sekitar pukul 1. dari tempat opi selanjutnya menuju keramaian.

Naik bis sampai ke International Plaza. Di bis saya duduk sama ema. ema cerita kalo ada tempat makan soto yang enak, punya bapak temennya. saya membayangkan makan gratis sepuasnya. hakhak. gak ding, tapi makan sepuasnya bayar seikhlasnya. hakhak sama aja. Saya cuma bisa mengiyakan, karena saya pikir kesempatan untuk kesana sulit. Waktu untuk keliling sangat sempit. Walau ema bilang "nti kita makan disana aja" tapi i saya tetap cuma bisa mengiyakan dan membayangkan.

Turun dari bis, saat mereka langsung naek tangga penyebrangan, saya berdiam dulu sebentar, mengedarkan pandangan ke sekeliling. Menyerap suasana sekitar. Tadi masih ada nama jalan dengan tulisan "Djalan" huhuw, so oldies. Setelah senyum-senyum menikmati pemandangan kota Palembang sejenak, saya mengikuti langkah mereka. Devi sempet kebingungan ketika tau kita pada mau makan soto. "Lho katanya tadi mau makan nasi ayam?" tanya Devi. Hehe, kejadian sebenarnya adalah: ema udah didepan jadi guide ke arah tempat soto ayam. Jadi yang laen ya ngikut.

Sotonya bernama soto ABAH OPAN. Tempatnya jawuh kedalem-dalem nyelusup gitu, tapi yang makan rame. rameeee. Ada antrian kecil, tadinya gua pikir itu antrian untuk mesen makanan, tapi ternyata antrian orang untuk bayar! syet dah. cuma untuk bayar aja ngantri. Saat makan saya duduk disebelah Opi. HEhe, posisi yang tepat karena opi seperti biasa, nasinya ga abis. sotonya juga.

Dari tempat soto, kami menyebrangi International Plaza untuk ketempat jualan tiket. Rencananya mau mesen tiket ekonomi. Sambil jalan Ema menjelaskan kalo ini tempat gaulnya dia dulu waktu SMP. hmm..ema pernah nongkrong-nongkrong disini gitu ya *my imagination*. Ip merupakan pusat perbelanjaan yang paling tua di Palembang. Mungkin sama seperti Supermarket KING di tanjung karang dulu ya, sayang KING udah tutup.

Tiket ekonomi ternyata tidak bisa dibeli lewat agen. Jadi harus langsung dateng ke stasiun. Dari kota, kami naik bis langsung menuju ke bukit siguntang. Kenapa ke bukit Siguntang?

-flashback-

Hari sebelumnya, saya berbincang dengan Ria. Mengenai tujuan jalan-jalan kami ke Palembang.
Ria : "jadi nti mau kemana aja jan?"
Jn : "Gatau ya. Kemana aja ya? Ke Ampera sih yang pasti"
RIa : "Ketempat ini aja, yang bisa ngeliat Palembang dari atas. Jadi ada bukit gitu, gua kesana kelas 6 SD, bisa ngeliat kota Palembang"
Jn : *Muka berbinar-binar* "yah! yah! sip itu! nti kesana aja ya. Yang penting jangan ke mol aja"
Ria : "Yaudah nti ajak anak-anak saja, namanya bukit siguntang"
Jn : "Oh, bukit garuntang?"
Ria : "siguntang"

Nah kira-kira seperti itulah kejadiannya kenapa bisa ke bukit siguntang.

Bukit siguntang merupakan tempat kuburan para raja dan ratu kerajaan Palembang dulu. Masuknya cuma bayar 1000,-/orang. TEmpatnya banyak pohon, naek turun tangga, banyak bangunan semacam gazebo/cottage/pondok gitu yang aga tinggi dari tanah. Aga sepi, dan banyak orang pacaran! Kami sempat terkejut saat naik salah satu pondok itu. Kata Ria disana tempatnya bisa ngeliat kota Palembang. Pas naek (ROnal yang pertama) ada orang pacaran dengan posisi lumayan seronok. Oh. Kami udah rame-rame foto diatas sana, cemeke'an, tapi tu pasangan gak turun juga. Foto sebentar, menikmati Palembang yang terlihat kecil, trus turun. Selanjutnya apa yang terjadi diantara pasangan itu, hanya Tuhan dan mereka berdua yang tahu.

ni beberapa foto di bukit siguntang (belum diposting)

Dari bukit siguntang, tujuan selanjutnya adalah Rumahnya ema. Kami naik angkot dari depan bukti siguntang, turun di depan Gedung Walikota. Menjelang turun angkot, berhubung udin duduk paling depan diantara kami semua, udin dipaksa devi teriak "STOP!" didalam mobil. Udin tentu saja emoh. Karena membayangkan kata itu akan bernilai norak seperti yang devi peragakan. Namun dengan situasi dimana anak-anak tidak ada yang mau memberhentikan angkot, sementara kami akan sudah harus berhenti, mau tidak mau udin berteriak pelan, 'Stop' teriakan yang diikuti tawa puas dan geli dari devi. dan saya juga. hakhak..(mohon maap kalau dalam cerita ini kejadiannya menjadi kurang lucu.padahal situasi sesungguhnya benar-benar bikin saya ketawa)

Rumah ema

(bersambung)
posted by Jana @ 12:36 AM   0 comments
26 July 2008
Hai! ini cerita hari kedua di Palembang. Jumat, 18 Juli 2008 (2)

ni masih cerita hari kedua di Palembang,, jadi ni part 2nya lah ya. Karena kemaren udah cape mau ngetik lagi. ni sambungan cerita setelah dari tempat ibunya ema.

Dari pasar 16 ilir, kami berempat langsung ke Jakabaring. Sempet khawatir juga karena ujan turun lagi rintik-rintik. Di angkot menuju Jakabaring, ema sempet kena cipratan aer comberan yang masuk tiba-tiba dari sela jendela. Sebenernya gua merasa aneh, kok bisa-bisanya aer comberan itu kegiling mobil terus muncrat masuk ke dalem angkot lewat jendela -disebelah gua- yang kebuka cuma sedikit. Pas banget lagi ke muka ema. Persis lewat didepan muka gua tu aer. Ceprot. Muka ema pun basah. Tapi mungkin emang udah nasibnya ema..hiks.

Nyampe luar stadion ternyata ujannya cukup deres. Tertatih-tatih kami bisa juga masuk ke stadion. Kami harus mencari tiket untuk masuk. Calo-calo yang ada menawarkan tiket seharga 30ribu untuk tribun VIP bangku merah. Untung saat itu ada Ria yang dengan ID card nya bisa masuk gratis. Awalnya saya ma udin ga mau ikutan nebeng gratisan. Takut. Karena yang jaga tentara, mana kami rombongan berempat. Tapi ema dengan cepatnya menempel ria dan ikut ke dalam dengan rombongan wartawan lainnya. Sempat ragu, saya ma udin ikutan deh. Mungkin curiga ya, jadi tentara itu nanya, "mana?" mungkin maksudnya mana tiketnya. Saya yang sudah ketakutan menjawab pasrah, "ikut rombongan wartawan pak" trus langsung melesat menyusul ria. Udin pasang muka lugu.


fiuh...selamatlah kami kedalam. selamat juga uang berpuluh ribu untuk beli tiket. sempet merasa berdosa juga..rasa berdosa yang hilang sejenak ketika mulai memasuki bangku pentonton. Wuiiih...tampak megah. Di seberang kami adalah tribun kelas ekonomi, sudah penuh sesak dengan penonton. Stadion yang berisik malah menimbulkan perasaan megah. padahal saya cuma penonton, bukan pemain. (gambar stadion sebelum pertandingan. Kami berada di tribun VIP bangku merah, di seberang kami adalah tribun kelas ekonomi).


(Kebahagiaan Udin, Ema dan Ria bisa nonton bareng saya distadion Jakabaring, kandang Sriwijaya FC...)

Sempet ujan lagi sebentar. Syukurlah tidak lama, dan tidak hujan lagi. RIa awalnya memisahkan diri bergabung dengan awak media yang lain. Namun akhirnya kami nonton berempat.

Jreeeng...jreeng.....

Hmm...saya merasa...merasa apa ya. Senang! megah,, merasa waah... keagungan dan kebesaran sepakbola memang lahir dalam stadion. Baru kali ini saya melihat pertandingan di stadion sebesar ini.

Dengan kualitas rumput yang bagus, penonton yang mencapai belasan ribu orang, bergemuruh untuk satu tim kesayangan. Suasana yang memicu adrenalin saya. Mengingatkan saya kepada pertandingan-pertandingan sepakbola tingkat dunia. Wuiih pasti lebih bergemuruh lagi daripada saat ini.

Bagaimana rasanya ketika puluhan ribu orang berteriak dan bernyanyi serempak, ketika puluhan ribu orang berteriak menyebut nama satu orang, memuja tim kesayangnya..huhuw...itu hanya dapat ditemukan di sepak bola! Saya jadi pengen nonton Milan di San siro...

Pertandingan dimulai..
saya, udin dan ema menikmati pertandingan. Ria kerja. Nyatet jalannya pertandingan. hoho. Sesekali kami membantu ria dengan memberi masukan kalimat-kalimat (dengan angle Freddy S) yang sekiranya bisa dijadikan bahan berita. Kami sempet berkhayal, gimana kalo ria ngelaporin beritanya beneran dengan angle ala Freddy S. misalnya begini "gawang persiwa wamena bergetar ketika striker SFC melakukan penetrasi dan berhasil memasukan bola, sementara itu kiper persiwa hanya bisa menjerit tertahan"
waaaw.....dahsyat ya. Laris dah koran lu. hehehe.

Saya dan ema sempat membahas salah satu pemain persiwa yang kaus kakinya mirip kaleng green sand. Maksudnya warnanya mirip. ORanye sama hijau gitu.

Ohya, mau cerita tentang penonton juga. waaw, baru kali ini saya meilhat betapa beragamnya penonton bola distadion. Yang biasanya didominasi kaum laki-laki, kali ini banyak juga kaum wanitanya. Dari anak kecil, sampai bapak-bapak dan ibu-ibu dengan pakaian ala pejabat (kelas menengah), bapak ibu yang bawa anaknya, tampak kompak mendukung SFC. Mungkin karena kami nonton di kelas VIP kali ya? nontonnya tenang gitu. BEda banget dah sama nonton PSBL dulu. Bayar goceng, yang nonton lakiii kebanyakan. trus ribut juga pada ngomong jorok. hakhak.

Tapi itu juga yang bagi saya hilang kali ini. Kalo pas nonton PSBL itu walau gak nyaman banget, tapi rame,rameee aja selama 90menit itu. Kalo kata riki adenya ria, penonton tenang karena SFC menang. Coba kalah atau maennya jelek, pasti ribut. Selesai pertandingan kami sempet foto. Hehe, kapan lagi bisa foto disini.

Pulang dari stadion, Ria memisahkan diri karena ikut rombongan wartawan. Guide kami jadi tinggal ema. Keluar stadion, kami foto dulu. Pas mau foto di monumen bertuliskan gelora sriwijaya, eh ada yang kencing di depan tulisan itu. Kebudayaan lokal. hahaha.

Dari stadion kami berenti di sebuah mall(lupa namanya). Numpang pipis doang. trus saya dijemput riki adenya ria, udin nunggu jemputan seorang pria, dan ema pulang ke habitatnya... Sampai di rumah ria, sudah ada vina, 'dia' (orang aneh yang entah darimana itu), rahmi dan devi. Opi tak lama datang setelah dijemput ronal dari peraduannya. Entah kenapa ngejerit-jerit waktu liat saya. Terpesonakah? Rindukah? hanya opi yang tahu.

Ternyata perjalanan saya hari ini belum selesai. Begitu beres mandi, makan dirumah ria, Riki nawarin untuk jalan-jalan lagi sambil jemput Ria pulang dari kantornya. Jadi saya, ronal, devi, opi, rahmi, riki jalan-jalan lagi keluar. Menikmati Palembang di waktu malam lewat celah kaca mobilnya ria, trus nyempetin foto di pinggiran sungai Musi dengan latar jembatan Ampera.


-perjalanan hari kedua selesai-
posted by Jana @ 1:04 AM   0 comments
25 July 2008
Hai! ini cerita hari kedua di Palembang. Jumat, 18 Juli 2008 (1)

Pagi-pagi ema yang berisik udah dateng. Setelah ber-ema-ema!-an sejenak, sarapan, foto didepan rumah ria(buat oleh-oleh ke anak-anak) saya udin, ria dan ema berangkat ke tengah kota. Berentinya sekitar tengah kota (saya lupa tanya jalan apa) trus jalan kaki sampe masjid agung. Sepanjang jalan jadi bisa merhatiin kota Palembang. Ada kantor walikota yang bentuknya kaya bangunan belum jadi (infonya dibangun dengan dana sekitar 1 ton emas pada masa itu. Ini saya tau pas ngunjungin musium)

Di angkot ema ma ria ngejelasin sama saya dan udin tentang kota Palembang.
Bangunan-bangunanya, nama-namanya, arah jalan, dll (Saya berasa turis, udin berasa abdi dalem jalan-jalan sama turis. Ema dan Ria berasa bahagia bisa ketemu turis. hehe).
Setelah ema dan ria menjelas-jelaskan, saya berbisik ke udin:

"DIn, kita kayanya diperhatiin orang-orang di angkot ni deh. Ketara orang dusun dari luar kota"

Udin jawab : "pasti mereka merasa paradoks jan. Gak sesuai ma wajah kita (maksudnya mungkin kelakuan kami udik, tapi kok TAMPAN). Trus mereka akan berpikir wah beruntung banget, pasti dua cewek ini lagi ikutan reality show KENCAN IMPIAN"

saya: "Hak hak hak..."

Ria dan ema: "....." (tidak dengar)

Tru sampailah kami di masjid agung. Karena udin mau sholat jumat, jadi sambil nunggu, saya diajak makan Martabak Har yang terkenal itu. Bentuknya kaya martabak telor biasa, cuma kuahnya kuah kari sapi. Kalo kata saya, kuahnya kaya kuah sate padang, tapi rasa rendang. Cukup mengenyangkan, tapi tidak membuat saya ketagihan..maap yah. BEda selera aja kali.

Begitu udin selesai sholat jumat, kita sempet foto-foto dulu didepan musium Pancasila. Hmm, tampak keren karena dibelakang musium ada jembatan amperanya juga keliatan..(besoknya saya tambah merasa senang lagi ketika saya melihat di album fotonya ema, ternyata musium Pancasila itu sudah jadi ikon background foto dari jaman ema masih kecil. Gak kaya musium lampung yah?)

Cuaca cerah dan cukup panas.

Dari depan musium, ke BNI bentar, trus kami jalan ke arah BKB (diakhir hari di Palembang saya baru tahu kepanjangan BKB itu Benteng Kuto BEsak). Entah ide darimana, kami engunjungi musium SUltan Mahmud badarudin (siapa dia? gak kenal ya? padahal mungkin hampir tiap hari kalian melihat mukanya). Waktu itu saya berpikir, ngapain sih kemari? tapi ya namanya tempat baru, hayoh ikut aja.

MAsuklah saya ke musium. cuma bayar seceng alias seribu rupiah. murah juga. Musiumnya bersih dan terawat. Kata Ema, rumah yang dijadikan musium itulah bentuk rumah asli Palembang. tingkat dua (model rumah panggung) dan terbuat dari kayu. Didalamnya saya sempat foto-foto. Kami masuk tanpa ditemani (dan diberisiki) oleh guide. Jadi bisa santai melihat-lihat. Ternyata sultan Mahmud badarudin itu adalah yang wajahnya ada di uang 10ribuan sekarang! gede gitu mukanya. Saya jadi bisa baca sejarah Palembang dan silsilah raja-raja Palembang.

Trus isi buku tamu. Hehe harusnya diawal tadi isi bukunya. KArena saya agak lama nulisnya, yang jaga dateng ngeliat apa yang sedang saya tulis. huh. jadi gak konsen deh.


Dari musium kami ke pinggir sungai Musi. sempet foto-foto sebentar. Hmm..pengennya naek kapal menyebrangi sungai Musi yang terkenal itu. Mungkin kapan-kapan. Trus jalan lagi ke pasar 16 ilir deket situ juga. Mau ketempat ibunya ema dagang. Dalam perjalanan, saya sempet merhatiin konstruksi jembatan Ampera. Walau gak gitu paham amat -karena saya bukan anak teknik sipil- tapi keliatan kokoh sekali itu buatan Jepang. ck3... Bagusnya lagi didaerah pinggir sungai musi itu banyak ada tempat luas. Jadi bisa dijadikan gelaran tempat event-event besar, jadi pengunjung bisa sekaligus menikmati sungai dan jembatan Ampera...di Lampung gada. Saya diingatkan oleh udin tentang sesuatu hal, yang membuat saya teringat sesuatu yang sangat menarik,

AKu INGIN PIPIS DARI ATAS JEMBATAN AMPERA! *manyun karena gak kesampean*

Di tempat ibunya ema kami berteduh dari hujan. Iya, tau-tau diluar ujan. padahal pas masuk tadi masih panas. Lalu selanjutnya (setelah udin makan dulu) kami menuju Jaka baring. Ria mau liputan pertandingan Sriwijaya FC vs PErsiwa. wahaha, sekalian nonton di stadioon...(bersambung)
posted by Jana @ 12:06 AM   3 comments
23 July 2008


ni foto di bukit Siguntang, Palembang.
(ki-Ka), Udin, Ria, Saya, Opi, rahmi. Yang moto Ema.













Kenapa ke bukit siguntang? karena darisana bisa ngeliat kota Palembang dari atas. Ternyata sebenernya daerah ini ni adalah tempat kuburan para kaum ningrat di Palembang. hihi... tempatnya luas dan aga sepi. Malah jadi kaya taman gitu. Disini kami sempet telponan sama si darwis via XL. Haha, jadi semua anak kebagian ngobrol ma darwis yang udah lama gada kabarnya.
posted by Jana @ 9:26 PM   0 comments
22 July 2008
Kenangan pertama tentang jembatan Ampera

Foto bersama udin saat kereta berhenti di Stasun Baturaja. Waktu saat itu sekitar pukul 4. (kok muka gua kaya and**a kanjen band yah??)

Haai !
Ini cerita tentang perjalanan ke Palembang. Pertemuan pertama dengan jembatan Ampera yang kesohor itu, menikmati gemuruh pertandingan di Stadion Jakabaring, pempek Palembang, Martabak Har, pemandangan dari Bukit siguntang, kebudayaan penduduk asli Palembang, dan malam dingin di pinggir sungai Musi.

Pertemuan pertama dengan Jembatan Ampera rasanya seperti mewujudkan imajinasi masa kecil. Waktu saya kecil, yang saya tahu adalah di Palembang ada jembatan besar yang bisa diangkat untuk kapal lewat dibawahnya. Waktu itu saya masih anak-anak dengan pakaian putih-merah, hanya bisa membayangkan jembatan terbelah ditengah lalu ditarik keatas dari kedua sisi. Hmm...sebuah imajinasi masa kecil.

Saya yang sekarang baru tahu, ternyata jembatan Ampera itu bukan dibelah dua dan ditarik keatas membentuk huruf 'A' tetapi diangkat keatas! jadi seperti patah di kedua sisi. Seperti pisau guilotin ditarik keatas lewat katrol, yang entah bagaimana bisa mengangkat berkilo-kilo aspal plus rangka besi keatas, *muka bingung*.

Kemegahan ampera saya rasakan tidak lama setelah keluar dari terminal kertapati. Begitu keluar stasiun, ada jembatan. Namun itu bukan Ampera, atau "belum Ampera" karena tidak mungkin sekecil itu.

Tidak lama setelah melewati jembatan itu, tampak megah didepan sana, seperti sebuah gerbang besar menyambut pendatang...Jembatan Ampera! saya masih bisa mengingat sensasi pertama kali menyebrangi jembatan Ampera. Melayang membelah sungai musi menyebrangi kemegahan Ampera.

Sensasi yang sudah dirasakan ratusan bahkan mungkin ribuan kali oleh orang Palembang yang tiap hari lewat situ, namun menjadi sangat berkesan buat orang seperti saya. Kiri kanan tampak cahaya lampu-lampu dari kapal dan rumah-rumah. Selanjutnya adalah perjalanan melintasi kota palembang. Hmm, inilah kota yang ditinggali teman-teman Palembang saya. Kota yang hanya ada dalam imajinasi saya selama 6 tahun berteman dengan mereka. Kota yang hanya bisa saya bayangkan dari cerita-cerita mereka. Sekarang saya datang.

Nikmatnya merasakan sensasi ketika mata ini menyerap semua pengalaman akan pemandangan kota Palembang. Memori otak menyerap dan menyimpan semua pengalaman baru ini.Banjir memori ke dalam benak saya.hmm, sensasi dan pengalaman ini akan saya simpan baik-baik dan seterusnya menjadi kenangan dengan tema "pertama kali ke Palembang".

Hari pertama berkunjung ke Palembang usai. Rombongan sampai di rumah Ria. Bersilahturahmi dengan keluarganya, mandi dan beristirahat.
posted by Jana @ 11:32 PM   0 comments
Imajinasi saya tentang tai (lagi)

Kemaren ni gua ke BCA Raden intan. Seperti biasa, mau nyetor uang tunai buat deposit saldo. Beres dari ATM, gua menuju WC. Pas hampir sampe pintu WC, ada ibu-ibu baru keluar dari WC. Ibu-ibu yang tampak kaya dinilai dari pakaian dan asesoris yang digunakan. Karena WC yang ada cuma satu, terpaksa gua harus milih WC itu untuk nyalurin hajat. Biasanya sih gua males masuk WC yang baru aja dipake orang. Alasannya pertama, biasanya tu WC udaranya masih 'anget' kaya kalo anda masuk kamar mandi yang baru aja dipake orang mandi. Anget kan? trus yang kedua, gua takut melihat bumi pertiwi masih dikotori oleh sisa tindakan-tindakan orang sebelumnya di WC itu.

Gua langsung ngebayangin...(inilah awal imajinasi gua) gimana kalo seandainya di dalem WC itu ada bekas-bekas mencretan si ibu kaya tadi? hiiiy...dari luar rapih, glamour, kok ya mencret kemana-mana...tapi itu mungkin saja kan? trus gua jadi ngebayangin...gimana kalo seandainya yang keluar adalah mbak-mbak SPG yang cantik dan bohai, gataunya di WCnya banyak bekas mencret? trus di lobang WCnya ada tai segede-gede apa gak bisa kanyut karena kegedean.trus tainya bewarna coklat gelep gitu, jendol-jendol ngebonggol minta di sodok supaya ancur trus bisa kanyut...hiiiy...

Hakhakhak...
posted by Jana @ 11:14 PM   0 comments
16 July 2008
Internet gratis? (part 2)

Haai, i'm back! I'M BACK!!! (diucapkan dengan penuh tenaga)

hwaaw...waaw....mulai darimana ya ceritanya..

hmm...gapalah ya kalo ga urut. seenaknya gua ngetik aja. hehe.

Sekarang : sekarang gua lagi ngetik blog DIKOSAN. iya, dikosan! internetan! huehehe... rasanya ajaib gua -akhirnya- bisa ngenet di kamar kosan. Bisa maen internet ampe pagi. all day. all time. gratis! caranya pake hape flexi, colokin kabel DKU-5, instal. dah, maen. gatau sih gratisannya ampe kapan. lumayan aja masih gratis.

tapi...

yang namanya gratis itu emang suka menyimpan sesuatu dibelakangnya. dah kita tau itu apa, kualitas! kualitasnya kurang, alias lemot.. kalo untuk browsing aja sih, yaaah masih bisa lah. cuma kalo untuk donwload, waduh jangan, ngaaan! daripada ntar ngomong jorok. Kecepatannya cuma 0,1 kbps. Padahal mah keterangan kecepatannya di icon kanan bawah itu 230,4 Kbps! waaw... Mungkin bulan depan gua lanjut lagi langganan hotspot. Walau cuma bisa maen pad di counter, ya lumayan lah, lebih cepet dari ini.

kemaren : kemaren gua nyampe karang jam 1/2 1. 1/2 2 kekampus, bu danik udah pulang, lagi jalan ke parkiran. yaah, gajadi bimbingan deh... mudah2an rabu bisa bimbingan. sebelum devon seminar.

Besok : besok devon mau seminar. gua lupa jamnya, kayanya jam 11. atau jam 1. si wiwit juga mau kompre *mimik biasa aja*.

Lusa : lusa mau ke Palembang!!! asyiiik! udah lama gua gak jalan2. oh iya, gada kamera. duh.pinjem kamera siapa ya. kamera hp masih rusak lagi. padahal ini perjalanan pertama gua yang paling jauh keutara, pertama kali juga ke palembang. waaw...surganya pecinta mpe-mpe... gua udah janji ma sherry mau bawain mpe2 yang banyaaaaak buat oleh2 nanti. hehehe.

oh ya gua ada obsesi tentang tai lagi dan cerita muntah. ntar deh.
posted by Jana @ 12:49 AM   0 comments
13 July 2008
beberapa menit lagi sesudah tulisan dibawah...

AAAAH !!! donlodannya berenti di angka 88%! gamau lanjut lagi...oh...

emang sih niat awalnya pengen ngetes speed warnet, tapi juga tadi pengen baca chapter 407 itu... eh malah berenti! aaah warnet sialan *DUG!* -imajinasi nendang CPU nya-
posted by Jana @ 2:07 PM   0 comments
beberapa menit setelah gua buat postingan sebelumnya,,

waw, ternyata komputernya udah pentium 4. sayang memorinya aja yang kurang, cuma 256. eh baru nyadar, selama beberapa tahun komputer gua juga gitu ding. memori cuma 256. Trus pas gua buka history adress nya, hmm...sudah bisa gua duga, kebanyakan situs esek-esek! haha. Tapi ada juga yang buat gua kaget, pas buka history donlodan, ada aplikasi2 HP, software2. gitu2. wah ternyata ada yang lumayan ngegunain untuk hal penting juga disini. ni gua lagi donlod naruto chapter 407. buat ngetes speednya aja sebenernya, ga buat dibawa pulang.
posted by Jana @ 2:00 PM   0 comments
Haaiii... saya sedang menjajal warnet di kotaagung, kampung halaman saya. Kondisi fisik tempatnya cukup memprihatinkan. Ni warnet di gabung ma counter+salon. Nama warnetnya tessa.com. Tanpa billing (buat gua takut ni. nti tau2 10ribu aja sejamnya), komputer yang rada lemot, posisi duduk yang kurang nyaman, dll. Tapi untung kecepatannya lumayan.

nti aja dah lanjut lagi. ga enak ngetiknya. kibodnya bedebu. oh iya, gua punya imajinasi lagi tentang tai. nti gua ceritain
posted by Jana @ 1:51 PM   0 comments
About Me

Name: Jana
Home: bandarlampung, Lampung, Indonesia
About Me: Huaahaha, fotonya serem ya? ini lagi jajal helm model tengkorak di emol.
See my complete profile
Previous Post
Archives
Shoutbox


ShoutMix chat widget

Links
Powered by

Free Blogger Templates

BLOGGER