Sleepy child at Rainy day
Harus ada Hujan sebelum ada Pelangi
26 July 2008
Hai! ini cerita hari kedua di Palembang. Jumat, 18 Juli 2008 (2)

ni masih cerita hari kedua di Palembang,, jadi ni part 2nya lah ya. Karena kemaren udah cape mau ngetik lagi. ni sambungan cerita setelah dari tempat ibunya ema.

Dari pasar 16 ilir, kami berempat langsung ke Jakabaring. Sempet khawatir juga karena ujan turun lagi rintik-rintik. Di angkot menuju Jakabaring, ema sempet kena cipratan aer comberan yang masuk tiba-tiba dari sela jendela. Sebenernya gua merasa aneh, kok bisa-bisanya aer comberan itu kegiling mobil terus muncrat masuk ke dalem angkot lewat jendela -disebelah gua- yang kebuka cuma sedikit. Pas banget lagi ke muka ema. Persis lewat didepan muka gua tu aer. Ceprot. Muka ema pun basah. Tapi mungkin emang udah nasibnya ema..hiks.

Nyampe luar stadion ternyata ujannya cukup deres. Tertatih-tatih kami bisa juga masuk ke stadion. Kami harus mencari tiket untuk masuk. Calo-calo yang ada menawarkan tiket seharga 30ribu untuk tribun VIP bangku merah. Untung saat itu ada Ria yang dengan ID card nya bisa masuk gratis. Awalnya saya ma udin ga mau ikutan nebeng gratisan. Takut. Karena yang jaga tentara, mana kami rombongan berempat. Tapi ema dengan cepatnya menempel ria dan ikut ke dalam dengan rombongan wartawan lainnya. Sempat ragu, saya ma udin ikutan deh. Mungkin curiga ya, jadi tentara itu nanya, "mana?" mungkin maksudnya mana tiketnya. Saya yang sudah ketakutan menjawab pasrah, "ikut rombongan wartawan pak" trus langsung melesat menyusul ria. Udin pasang muka lugu.


fiuh...selamatlah kami kedalam. selamat juga uang berpuluh ribu untuk beli tiket. sempet merasa berdosa juga..rasa berdosa yang hilang sejenak ketika mulai memasuki bangku pentonton. Wuiiih...tampak megah. Di seberang kami adalah tribun kelas ekonomi, sudah penuh sesak dengan penonton. Stadion yang berisik malah menimbulkan perasaan megah. padahal saya cuma penonton, bukan pemain. (gambar stadion sebelum pertandingan. Kami berada di tribun VIP bangku merah, di seberang kami adalah tribun kelas ekonomi).


(Kebahagiaan Udin, Ema dan Ria bisa nonton bareng saya distadion Jakabaring, kandang Sriwijaya FC...)

Sempet ujan lagi sebentar. Syukurlah tidak lama, dan tidak hujan lagi. RIa awalnya memisahkan diri bergabung dengan awak media yang lain. Namun akhirnya kami nonton berempat.

Jreeeng...jreeng.....

Hmm...saya merasa...merasa apa ya. Senang! megah,, merasa waah... keagungan dan kebesaran sepakbola memang lahir dalam stadion. Baru kali ini saya melihat pertandingan di stadion sebesar ini.

Dengan kualitas rumput yang bagus, penonton yang mencapai belasan ribu orang, bergemuruh untuk satu tim kesayangan. Suasana yang memicu adrenalin saya. Mengingatkan saya kepada pertandingan-pertandingan sepakbola tingkat dunia. Wuiih pasti lebih bergemuruh lagi daripada saat ini.

Bagaimana rasanya ketika puluhan ribu orang berteriak dan bernyanyi serempak, ketika puluhan ribu orang berteriak menyebut nama satu orang, memuja tim kesayangnya..huhuw...itu hanya dapat ditemukan di sepak bola! Saya jadi pengen nonton Milan di San siro...

Pertandingan dimulai..
saya, udin dan ema menikmati pertandingan. Ria kerja. Nyatet jalannya pertandingan. hoho. Sesekali kami membantu ria dengan memberi masukan kalimat-kalimat (dengan angle Freddy S) yang sekiranya bisa dijadikan bahan berita. Kami sempet berkhayal, gimana kalo ria ngelaporin beritanya beneran dengan angle ala Freddy S. misalnya begini "gawang persiwa wamena bergetar ketika striker SFC melakukan penetrasi dan berhasil memasukan bola, sementara itu kiper persiwa hanya bisa menjerit tertahan"
waaaw.....dahsyat ya. Laris dah koran lu. hehehe.

Saya dan ema sempat membahas salah satu pemain persiwa yang kaus kakinya mirip kaleng green sand. Maksudnya warnanya mirip. ORanye sama hijau gitu.

Ohya, mau cerita tentang penonton juga. waaw, baru kali ini saya meilhat betapa beragamnya penonton bola distadion. Yang biasanya didominasi kaum laki-laki, kali ini banyak juga kaum wanitanya. Dari anak kecil, sampai bapak-bapak dan ibu-ibu dengan pakaian ala pejabat (kelas menengah), bapak ibu yang bawa anaknya, tampak kompak mendukung SFC. Mungkin karena kami nonton di kelas VIP kali ya? nontonnya tenang gitu. BEda banget dah sama nonton PSBL dulu. Bayar goceng, yang nonton lakiii kebanyakan. trus ribut juga pada ngomong jorok. hakhak.

Tapi itu juga yang bagi saya hilang kali ini. Kalo pas nonton PSBL itu walau gak nyaman banget, tapi rame,rameee aja selama 90menit itu. Kalo kata riki adenya ria, penonton tenang karena SFC menang. Coba kalah atau maennya jelek, pasti ribut. Selesai pertandingan kami sempet foto. Hehe, kapan lagi bisa foto disini.

Pulang dari stadion, Ria memisahkan diri karena ikut rombongan wartawan. Guide kami jadi tinggal ema. Keluar stadion, kami foto dulu. Pas mau foto di monumen bertuliskan gelora sriwijaya, eh ada yang kencing di depan tulisan itu. Kebudayaan lokal. hahaha.

Dari stadion kami berenti di sebuah mall(lupa namanya). Numpang pipis doang. trus saya dijemput riki adenya ria, udin nunggu jemputan seorang pria, dan ema pulang ke habitatnya... Sampai di rumah ria, sudah ada vina, 'dia' (orang aneh yang entah darimana itu), rahmi dan devi. Opi tak lama datang setelah dijemput ronal dari peraduannya. Entah kenapa ngejerit-jerit waktu liat saya. Terpesonakah? Rindukah? hanya opi yang tahu.

Ternyata perjalanan saya hari ini belum selesai. Begitu beres mandi, makan dirumah ria, Riki nawarin untuk jalan-jalan lagi sambil jemput Ria pulang dari kantornya. Jadi saya, ronal, devi, opi, rahmi, riki jalan-jalan lagi keluar. Menikmati Palembang di waktu malam lewat celah kaca mobilnya ria, trus nyempetin foto di pinggiran sungai Musi dengan latar jembatan Ampera.


-perjalanan hari kedua selesai-
posted by Jana @ 1:04 AM  
0 Comments:
Post a Comment
<< Home
 
About Me

Name: Jana
Home: bandarlampung, Lampung, Indonesia
About Me: Huaahaha, fotonya serem ya? ini lagi jajal helm model tengkorak di emol.
See my complete profile
Previous Post
Archives
Shoutbox


ShoutMix chat widget

Links
Powered by

Free Blogger Templates

BLOGGER