Sleepy child at Rainy day
Harus ada Hujan sebelum ada Pelangi
27 January 2009
VISIT LAMPUNG YEARS 2009

adalah acara yang tidak bermutu.

Hari minggu tanggal 25 januari 2009, saya dan rombongan mengendarai motor mengunjungi festival durian di Batu putu. Festival durian merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam rangkaian acara visit lampung years 2009. Sebuah acara yang diniatkan untuk mengajak orang-orang mengunjungi lampung pada tahun 2009 ini. Dalam gembar gembornya, akan ada acara makan durian gratis. 1000 durian. bahkan ada yang bilang 10000 durian gratis.

Bertempat di batu putu, acara ini sangat di gembor-gemborkan oleh dinas pariwisata lampung. Dalam Lampost yang saya baca, acara ini akan dihadiri oleh turis dari Jepang dan india. Acara ini juga dirancang agar dapat menjadi salah satu tempat tujuan kunjungan wisatawan yang ingin melihat gerhana matahari yang diperkirakan akan terjadi dan dapat dilihat di Lampung pada hari senin tanggal 26 Januari 2009.

Sayangnya acara ini -menurut saya- tidak bermakna (ga tahan banget pengen bilang ACARA INI GAGAL)

Kunjungan saya menuju tempat festival durian sangat tidak nyaman. Pertama, tidak ada penunjuk jalan semacam billboard, reklame, spanduk, atau plang yang menunjukkan lokasi batu putu dan festivalnya. Padahal kalau merujuk pada tingkat acara, seharusnya acara ini bisa lebih besar gaungnya. Pada lampost tgl 23 januari bahkan disebutkan bahwa festival ini sudah masuk dalam agenda wisata nasional.

PErjalanan kami dimulai dari Universitas lampung, lewat Jl. Pramuka, terus kemiling, menuju daerah sukadanaham. Sampai taman wisata lembah hijau belum ada satu pun plang atau media promosi yang menunjukkan sedang ada acara berskala besar. Kami yang penduduk lokal saja kebingungan, gimana orang luar? Sedikit gambaran, lokasi batu putu itu berada jauh dari kota bandarlampung. sekitar 5km. Untuk menuju kesana kita harus melewati perkampungan yang sepi. Jalan sudah di aspal, namun lingkungannya sepi. Seperti masuk ke daerah pedalaman. Dalam kondisi seperti itu, tidak adanya plang penunjuk sungguh membuat para calon pengunjung kesulitan menemukan tempat festival. Lain halnya jika batu putu itu letaknya ditengah kota.

Semakin mendekati lokasi, kami belum juga menemukan media promosi atau penunjuk jalan. Sampai akhirnya kami menemukan satu buah spanduk dipasang didekat pemukiman penduduk. FESTIVAL DURIAN, VISIT LAMPUNG YEARS 2009, didepan sebuah jalan kecil berbatu. dideket jalan itu ada musik -dangdut- menghentak. Nah, ini dia mungkin acaranya pikir saya. motor pun melaju kesana. Eh ternyata itu hanya acara hajatan orang kampung setempat. Wah, saya pikir itu penyambutan para tamu/wisatawan yang datang. Lalu dimana festivalnya?

Kami melaju terus tanpa kepastian. Melintasi jalan berbatu-batu sampai bertemu dengan rombongan bermotoe lain yang sedang 'mampir'di rumah salah satu penduduk. Saya bertanya :
"Mbak, ini terus ke festival duren ya?" (durian sering di lafal kan menjadi duren)
mbak itu : -diem sejenak ngeliatin saya- "iya mas. tapi bayar dulu"
saya : "hah? bayar?? bayar apa mbak?"
Mbak itu : "tiket masuk"
dafi muter motor trus nanya saya "kenapa jan?"
"ini bayar tiket" jawab saya dengan muka asem.
dafi : "udah terus aja, faria juga udah terus"
saya : "okeh"

dan kami pun bablas. Sampai di festival durian. Eng ing eng.... (makian dan kata kata kotor segera dimulai....)

-Ternyata sebelum bablas, roy dan dias yang dibelakang saya di panggil bapak yang jaga, disuruh parkir didepan rumahnya. Padahal dari rumah dia ke festival itu masih sekitar 200meter lagi. Edan bapak itu. Mana lagi panas banget. (cerita ini saya ketahui setelah sampai di festival)-

Dalam bayangan saya, tempat festival durian adalah seperti taman, dengan Gadis-gadis penyambut tamu dengan baju adat setempat dan hiasan umbul-umbul di kiri kanan jalan masuk, durian-durian ditumpuk membentuk segitiga sama sisi berdiri tegak, wisatawan lokal dan asing bertebaran dimana-mana, penjual makanan lokal dengan baju daerah menawarkan sample makanan (gratis)........

*Soundtrack lagu JOMBLO dari gigi : "Semua itu bohong! ooooow....semua itu mimpi...oooow...." *

Iya bener. Ngarep banget saya mikir kaya gitu. yang ada itu kaya panggangan. tempatnya kaya kuali di balik. ngenes. panas banget. gada umbul2. gada gadis2. gada durian ditumpuk. gada turis2. bayangin aja tanah yang agak tinggi dari sekitarnya, dikasi tarup, dipenuhi sama orang lokal yang abis nemenin anak2nya lomba mewarnai. puanas. puanaas boi. penjual makanan lokal yang ada juga ga pake baju adat, biasa aja kayak di pasar.

ternyata makan durennya katanya jam 2. sementara kami disitu jam 11 udah menanti banget ngeliat ribuan duren ditumpuk. ah harapan ttg sesuatu yang indah dilakukan pemerintah di negara ini memang jauh panggang dari api. seperti mengharap ada orang ngasih sate padang saat kita laper, susah!

Akhirnya kami mengunjungi air terjun batuputu. Wah ini juga perjalanan yang ga bisa dibilang menyenangkan. turunnya jauuuuh banget! trus pas nyampe aer terjun gitu aja. aernya butek.anak2 kecil -yg dalam bayangan gua selalu melakukan pipis dan pup sebebasnya dalam aer kaya gitu- pada berenang di aer terjun.

Sangking ilfilnya kita pada gajadi turun. jadi ngegantung kaya upil di jalan turun sempit menuju aer terjun.. trus langsung balik lagi keatas.

gak segampang itu kenyataannya dari makna harfiah "balik lagi keatas" disini. Karena itu berarti menanjak tinggi keatas. dengan tangga yang 'salah buat' dalam artian jarak antar anak tangga itu ada yang tinggi banget untuk ukuran tangga. hampir 1/2 meter gitu. Mana udara panas menyengat gila-gilaan. hosh....
posted by Jana @ 9:54 AM  
1 Comments:
Post a Comment
<< Home
 
About Me

Name: Jana
Home: bandarlampung, Lampung, Indonesia
About Me: Huaahaha, fotonya serem ya? ini lagi jajal helm model tengkorak di emol.
See my complete profile
Previous Post
Archives
Shoutbox


ShoutMix chat widget

Links
Powered by

Free Blogger Templates

BLOGGER