Sleepy child at Rainy day
Harus ada Hujan sebelum ada Pelangi
13 August 2005
Generasi Bonsai
Pendidikan selalu menjadi masalah dinegeri ini. Negeri yang katanya Gemah ripah loh jinawi atau kerennya "Zamrud khatulistiwa"

Pertentangan yang terjadi. Pihak pertama mengatakan :
Sistemnya kaku, kurikulumnya terlalu padat. Pahamnya pedagogi (satu arah) abis ! siswa dijejali materi dari guru, disuapin. Terus dinilai lewat nilai baku, secara kuantitatif, data epic. Kualitas murid di vonis 'habis' jika nilai rapor atau ujiannya cekak atau dibawah standar.

Pihak kedua mengatakan : kalau sistem sekarang salah, tidak tepat, lalu idealnya bagaimana ? apa masyarakat kita bisa menerima konsep pendidikan “ideal� tersebut ? apa siswa bisa menyerap dengan baik materi yang akan diberikan ? apa tenaga pengajarnya memadai ?

Dan pihak ketiga menyambung : apa dananya ada ?

Dan gua berkata : konsep pendidikan memang harus diubah. Sedikit demi sedikit.
Cara yang selama ini memosisikan guru sebagai penguasa absolut didepan kelas harus di rubah. Guru harus mau menjadi orang bodoh didepan membiarkan anak muridnya yang mempertentangkan, berdiskusi, berdebat, gantian memberi materi. Kalau perlu sedikit paksakan suasana seperti itu.

Dulu gua berpikir “buat apa belajar kimia, larutannya aja jarang ngeliat". Dua tahun belajar kimia Cuma ngebayangin aja sambil mulut komat-kamit ngapal. Apa hasilnya belajar kaya gitu ?
Dikemudian hari mungkin ini jawabannya : pelajaran-pelajaran itu –salah satunya pelajaran kimia- dikasih sebagai pilihan kita. Gua emang dasarnya gak suka kimia. Anak laen ada yang suka. Jadi biar kita bisa tau minatnya dimana.

Dulu gua bertanya : buat apa banyak-banyak pelajaran tapi dapetnya dikit ? yang “gak bakal kepake� di kehidupan sehari-hari.
Dikemudian hari mungkin ini jawabannya : sebagai pengetahuan umum !

Pelajaran sejarah nggak kepake untuk nemenin hidup kita atau pekerjaan. Tapi itu yang menjadi isi kepala kita sebgai pengetahuan umum sehingga nanti kita bisa disebut “pinter� Kita belajar matematika walau nantinya kita kuliah atau kerja bagian sejarah karena kita hidup nggak cuma pake ilmu sejarah. Masa mau ngitung musti nyari orang matematik dulu ?

Dulu dan sampe sekarang gua masih gak setuju kenapa patokan kepinteran, keberhasilan, harus selalu dengan tampilan nilai baku ? kenapa gak pake teori kualitatif ?
Jawab : selain itulah yang diakui masyarakat umum, penilaian dengan teori kualitatif masih sulit dan cenderung sangat subyektif. (ini kemungkinan juga)
Itulah kenyataannya, nilai A-B-C selalu jadi patokan dan target yang dikejer. Tanpa bisa dicegah, temen-temen dan gua sendiri terpaku untuk mengejar nilai baku tersebut untuk mendapat “dignity� di kalangan masyarakat umum.

Apa pendidikan gratis benar-benar bisa diwujudkan ?
Biarkan siswa belajar apa yang disampaikan guru, bukannya menerima-mencatat-menghafal apa yang guru sampaikan. Potensi anak-anak harus dikembangkan. Memang kita juga tidak dapat menyeusaikan sekolah menurut potensi anak-anak didik karena akan butuh banyak biaya jika untuk satu pontensi harus ada satu lahan khusus untuk mengembangkannya. Tetapi setidaknya jangan potensi anak didik itu dikerdilkan. Di bonsai. Dibentuk.

Biarkan mereka membentuk berdasar apa yang mereka inginkan.

(selanjutnya, jika ada yang ingin menambahkan silahkan...)
posted by Jana @ 2:16 PM  
1 Comments:
  • At Thursday, September 01, 2005 10:36:00 PM, Blogger ade suryani said…

    Jan, gue punya pikiran,yg mudah2ah akan tetep keukeuh gw pegang. Kalo someday gue punya anak, dan sistem pendidikan di negara ini masih begini2 aja, anak gue gak bakal gue masukin ke sekolah. Mending kaya orang2 dulu gitu, yg manggilin orang2 pinter untuk ngajarin anaknya dirumah. Trus dah gitu banyak yang bilang: De,ntar anak lo gak gaul dong". Well, gaul itu gak hanya di sekolah kan? Banyak jg yang anak sekolahan tapi gak gaul. iya tho?! Nah mangkanya, gw mau ngajarin anak gue dirumah aja. Lebih save gitu. Daripada udah ngabisin banyak uang tp gak ngaruh di anak gue. Coba gue tanya: Lo waktu kelas 3 SD blajar apa aja?Brapa banyak yg masih bisa lo inget? Atau bahkan gak ada yang keinget? Kasih tau gue ya kalo someday lo dah dapet jwbannya...Hewhehe

     
Post a Comment
<< Home
 
About Me

Name: Jana
Home: bandarlampung, Lampung, Indonesia
About Me: Huaahaha, fotonya serem ya? ini lagi jajal helm model tengkorak di emol.
See my complete profile
Previous Post
Archives
Shoutbox


ShoutMix chat widget

Links
Powered by

Free Blogger Templates

BLOGGER